
Yusinta Ningsih Nenobahan Syarief mengunjungi penyintas longsor Kuatae di GOR Nekmese, TTS, dan mendorong pemerintah mempercepat relokasi serta penanganan pasca-trauma bagi anak-anak dan lansia.
Timor Savana, Soe – Yusinta Ningsih Nenobahan Syarief mengunjungi lokasi evakuasi penyintas bencana longsor di Desa Kuatae, Kecamatan Kota Soe, Kabupaten Timor Tengah Selatan, Senin (24/3).
Kunjungan ini dilakukan di GOR Nekmese, tempat para penyintas sementara ditampung. Dalam kesempatan tersebut, Yusinta bersama timnya mengajak anak-anak bermain dan membagikan makan malam.
Yusinta menyoroti pentingnya penanganan pasca-trauma bagi penyintas, terutama anak-anak dan orang tua. Ia menekankan bahwa pemerintah daerah seharusnya mengoptimalkan dinas-dinas terkait serta bekerja sama dengan lembaga seperti Klasis Soe atau gereja di sekitar lokasi bencana.
“Penanganan pasca-trauma ini tidak ada. Padahal, pemerintah punya beberapa dinas terbaik dengan psikolog yang bisa membantu,” ujar Yusinta.Selain itu, ia juga mempertanyakan kepastian relokasi bagi para penyintas.
Menurutnya, warga ingin kembali ke rumah mereka, tetapi sadar bahwa hal tersebut tidak mungkin dilakukan dalam waktu dekat. “Kalaupun kita menjanjikan relokasi, itu kapan dan di mana? Terus, anggarannya dari mana?
Masyarakat awam pun sudah tahu ada efisiensi anggaran,” tegasnya.Yusinta berharap pemerintah daerah dapat segera menentukan lokasi hunian sementara (huntara) bagi para penyintas.
“Yang kami bantu tadi hanya games dan mainan, tapi itu bukan inti dari penanganan trauma. Pemerintah harus segera menentukan relokasi untuk hunian sementara,” ujarnya.
Ia juga mengkritisi lambatnya proses administrasi dalam penanganan bencana. “Kalau sudah sibuk mendata, jangan lupa pindah. Karena kebiasaan kita, urus data lebih lama dari tindakan,” katanya menekankan pentingnya percepatan realisasi kebijakan.
Dalam 100 hari pertama kepemimpinan baru, Yasinta menilai bencana ini menjadi ujian nyata bagi pemerintah daerah. Ia mengingatkan agar pemerintah tidak terpaku pada bantuan pusat saja, melainkan juga memaksimalkan kerja sama dengan pihak ketiga.
“Kalau pemerintah tidak bisa berinovasi, ini 100 hari pertama diuji dengan bencana ini. Jangan sampai akhirnya TTS tenggelam dengan bencana Kuatae,” ucapnya. Ia juga menegaskan bahwa pihaknya siap bekerja sama jika pemerintah membuka diri.
“Kalau pemerintah mengajak kami sebagai pihak ketiga, kami siap. Kami membuka diri. Jangan sampai pemerintah alergi dengan kami, karena kami hadir di sini untuk masyarakat, bukan untuk siapa-siapa,” jelasnya.
Dalam kunjungan ini, Yusinta berharap pemerintah daerah segera bertindak dalam menangani dampak bencana, terutama dalam penyediaan hunian sementara dan dukungan psikososial bagi penyintas. “Anak-anak ini perlu diberi ruang, dan pemerintah harus berpikir supaya segera melakukan penanganan serius,” pungkasnya.