Feto Noni, Penjaga Napas Budaya di SMA Negeri Kapan

SMA Negeri Kapan di Mollo Utara membina siswa melalui sanggar seni Feto Noni. Dari paduan suara hingga tari tradisional, sekolah ini konsisten melestarikan budaya di tengah arus modernisasi.

Kapan, Timor-Savana — SMA Negeri Kapan di Kecamatan Mollo Utara, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) menjadikan seni sebagai ruh pendidikan. Melalui sanggar seni Feto Noni, sekolah ini membina siswa untuk mencintai budaya lokal sekaligus mengembangkan bakat di bidang seni.

Kepala SMA Negeri Kapan, Nonsi Serain, S.Pd, menyampaikan bahwa sanggar seni Feto Noni sudah menjadi bagian dari kurikulum sekolah.

Menurutnya, sanggar ini tidak sekadar wadah hiburan, melainkan sarana pendidikan karakter dan pelestarian budaya yang dijalankan secara konsisten.

Kegiatan seni di sanggar Feto Noni meliputi paduan suara dan tari tradisional. Latihan dilaksanakan secara rutin dengan jadwal yang sudah ditetapkan sekolah.

“Anak-anak tidak hanya menari atau bernyanyi ketika ada acara. Mereka berlatih secara teratur karena ini bagian dari program kerja sekolah,” jelas Nonsi, Senin (9/9/2025).

Paduan suara SMA Negeri Kapan kerap dipercaya mengisi acara ibadah di gereja Katolik maupun Protestan. Sementara itu, kelompok tari tradisional sering tampil dalam festival dan pameran budaya.

Menariknya, seluruh kostum dan aksesoris yang digunakan siswa merupakan inventaris sekolah. “Kami punya lemari khusus berisi pakaian yang sederhana tetapi indah. Itu semua milik sekolah,” tambah Nonsi.

Selain bidang seni, SMA Negeri Kapan juga membina kegiatan pramuka. Namun, kegiatan yang paling menonjol dan menjadi identitas sekolah adalah seni tari dan paduan suara.

Menurut Nonsi, tujuan utama pendirian sanggar seni Feto Noni adalah memberi ruang bagi siswa yang memiliki minat seni agar terus berkembang.

“Sekarang budaya lokal mulai ditinggalkan karena anak-anak lebih tertarik pada game atau tarian modern. Karena itu, kami melatih mereka supaya budaya daerah tetap lestari,” katanya.

Ia menekankan bahwa seni yang dilatihkan bukan sekadar penampilan, melainkan juga bekal masa depan bagi siswa.

Dengan keterampilan yang diperoleh, siswa dapat berkontribusi di masyarakat setelah lulus, bahkan berpotensi menjadi pelatih bagi generasi berikutnya.

“Anak-anak kami tidak hanya bisa tampil, tapi juga bisa mengajar. Itu modal penting untuk masa depan mereka,” jelas Nonsi.

Menurutnya, latihan yang dijalankan secara teratur membuat siswa semakin percaya diri, baik di sekolah maupun di lingkungan sosial.

Guru-guru yang ditunjuk sebagai pembina seni juga menjadi bagian penting dari keberhasilan sanggar seni Feto Noni dalam mencetak generasi pelestari budaya.

“Harapan kami sederhana: anak-anak bisa mengembangkan bakat, menjadi pribadi yang percaya diri, sekaligus menjaga agar budaya lokal tetap hidup di tengah arus modernisasi,” pungkasnya.

Berita Terkait

SD Inpres Nunumeu Rayakan HUT ke-103 ...
Wagub NTT Sampaikan Pesan Penting di ...
Institut Pendidikan Soe Target 30 Doktor, Siap ...
PKKMB 2025 Institut Pendidikan Soe: 312 Mahasiswa Baru ...

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *