
Ketua DPRD TTS, Moerdekai Liu, menilai Festival Musim Dingin Fatukolen 2025 memiliki daya tarik pariwisata dan ekonomi kreatif. Ia ajak peserta kenakan pakaian adat di festival berikutnya.
Fatukolen,Timor-Savana – Ketua DPRD Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Moerdekai Liu, memberikan apresiasi tinggi terhadap pelaksanaan Festival Musim Dingin 2025 di Fatukolen, Desa Tunua.
Menurutnya, festival yang berlangsung pada awal September tersebut memiliki daya tarik tersendiri yang mampu menghadirkan pengalaman unik bagi masyarakat maupun wisatawan.
Moerdekai menyampaikan pendapat itu saat berkunjung ke sejumlah stand UMKM yang meramaikan festival. Dalam kesempatan itu, ia ikut berbelanja produk lokal dan mencicipi pangan tradisional.
Salah satu pangan olahan yang ia nikmati adalah akabilan, atau lebih dikenal dengan sebutan puta Laka, yang disajikan para pelaku UMKM.
Ketua DPC PDI-Perjuangan Kabupaten TTS tersebut menilai festival ini menjadi ruang promosi yang sangat baik bagi UMKM lokal untuk memperkenalkan produk mereka kepada publik yang lebih luas.
Meskipun tidak hadir pada upacara pembukaan, Moerdekai tetap menyempatkan diri untuk menginap semalam di tenda yang disediakan panitia festival.
“Selain dingin, festival ini juga menyuguhkan bentang alam yang begitu mempesona,” ujar Moerdekai sembari menilai bahwa perputaran ekonomi selama festival berlangsung sangat lancar.
Ia berharap festival semacam ini bisa dilanjutkan di tahun-tahun mendatang dengan performa yang lebih besar dan lebih positif.
Sebagai bentuk dukungan terhadap pelestarian budaya, Moerdekai mengusulkan agar setiap peserta festival berikutnya mengenakan pakaian adat. Minimal, kata dia, berupa selendang, selimut, atau sarung.
“Itu penting sebagai bentuk penghormatan terhadap produk budaya kita sendiri,” tegasnya.
Pada kesempatan itu, Moerdekai hadir dengan mengenakan pakaian adat lengkap. Ia tampak berjalan mengelilingi stand UMKM bersama Ketua DPRD Provinsi NTT, Wali Kota Kupang, dan Wakil Gubernur NTT.
Festival Musim Dingin 2025 di Fatukolen pun disebutnya sebagai momentum penting untuk memperkuat identitas budaya, mendorong ekonomi kreatif, sekaligus mengangkat pariwisata Desa Tunua dan Kabupaten TTS.